Sidikbangsa. Com – Kehadiran teknologi digital telah melahirkan ruang baru bagi penyebaran informasi. Jika dulu publik lebih banyak bergantung pada media arus utama, kini masyarakat juga kerap mengakses informasi melalui media sosial yang digerakkan oleh para konten kreator. Meski sama-sama mengisi ruang publik, antara jurnalis dan konten kreator memiliki perbedaan mendasar dalam prinsip kerja, tujuan, dan tanggung jawab.
Jurnalis Terikat Kode Etik dan Verifikasi Fakta
Jurnalis bekerja di bawah payung hukum Undang-Undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Setiap berita yang disampaikan harus berlandaskan pada fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Prosesnya tidak hanya sekadar menulis, tetapi juga melalui tahapan verifikasi, konfirmasi, dan keberimbangan sumber.
“Jurnalisme menuntut adanya cover both sides. Artinya, berita tidak boleh hanya memuat satu sisi cerita. Tugas utama jurnalis adalah menyajikan informasi seimbang untuk kepentingan publik,” ujar seorang dosen komunikasi di Jakarta.
Karena itu, media massa memiliki konsekuensi hukum jika terjadi kesalahan dalam pemberitaan. Hak jawab dan hak koreksi juga dijamin sebagai bentuk tanggung jawab sosial media terhadap masyarakat.
Konten Kreator Lebih Fleksibel dan Kreatif
Berbeda dengan jurnalis, konten kreator lebih leluasa dalam mengelola isi yang mereka buat. Dengan dukungan platform seperti YouTube, TikTok, Instagram, hingga podcast, mereka dapat menyampaikan pesan melalui gaya personal, storytelling, maupun hiburan visual.
Tujuan utama konten kreator sering kali bukan hanya memberi informasi, tetapi juga membangun engagement, branding, atau bahkan mendapatkan penghasilan dari sponsor maupun iklan digital. Namun, meski tidak terikat kode etik jurnalistik, konten kreator tetap tunduk pada Undang-Undang ITE dan kebijakan platform digital.
Persamaan: Sama-Sama Mempengaruhi Publik
Meski berbeda jalan, jurnalis dan konten kreator sama-sama memiliki peran besar dalam membentuk opini masyarakat. Informasi yang diproduksi keduanya dapat dengan cepat menyebar luas, memengaruhi perilaku, hingga menggerakkan massa.
Perbedaannya terletak pada bobot dan standar informasi. Jurnalis dituntut menjaga fakta, sementara konten kreator lebih menekankan gaya penyampaian yang kreatif.
Tantangan ke Depan
Di tengah derasnya arus informasi, tantangan terbesar adalah literasi media masyarakat. Publik perlu mampu membedakan mana informasi berbasis fakta dan mana yang sekadar opini atau hiburan. Jika literasi rendah, informasi dari konten kreator bisa disalahartikan sebagai berita, atau sebaliknya, berita jurnalistik dianggap sekadar konten biasa.
“Yang terpenting adalah bagaimana masyarakat semakin cerdas memilah sumber informasi. Baik jurnalis maupun konten kreator punya peran, tetapi publik tetap harus kritis,” pungkas pengamat media tersebut.(Redaksi)









